Selasa, 09 Februari 2010

Satu Inginmu

Semoga cerita dibawah ini bermanfaat untuk menyejukan hati...

Sore itu matahari bersinar cukup terik. Ba'da Ashar disebuah kota kecil di sebuah ruangan rumah kami...mataku tak lepas memandang laki-laki dengan rambut yg setengah memutih di kepalanya. Begitu khusyuk...begitu tenang...dan dengan diamnya aku tahu... ia sedang tidak ingin diganggu ketenangannya...Tak lepas kutatap laki-laki itu...menunggu dia mengatakan sesuatu, atau bercerita apa saja tentang dunia...
Tiba-tiba dia menatapku dan berkata..."Sayang...mau bantu papa nak?"..ooohh...akhirnya! dia bergeming dan berkata sesuatu kepadaku..."Ya papa...apa itu?" Tapi yanti ndak mau kalo disuruh yg susah-susah!" seperti biasa aku selalu berusaha bersilat lidah pada lelaki itu.."Ndak...ndak susah kok sayang...yanti hanya menyimak papa membaca surat ini...nanti kalau ada yang salah...tolong papa dikoreksi..." seraya memberikan buku kecil tersampul rapi yg sedari tadi dibacanya kepadaku..."Apa ini pa?"...oooo ...Al-Quran?" Dahiku mengerenyit seketika...hmm apa maksudnya ini? Tetapi..tatkala laki-laki itu mulai membaca Ta'awudz...ahh..barulah aku mengerti...dia ingin bacaan Qur'annya disimak olehku....

Tak terasa satu jam berlalu sudah...lantunan ayat suci itu dibacanya dengan tartil dan menawan...Subhanallah...alangkah pintarnya laki-laki ini pikirku...menghafal begitu banyak ayat yg tertulis di buku kecil ini hanya dengan sangat sedikit kesalahan...
...Lama aku terdiam membisu...sembari berfikir keras...bagaimana cara lelaki ini menghafalnya?? Tak lepas mataku memandang penuh tanya..."Pa...bagaimana cara papa menghafal ayat-ayat ini? mengapa papa menghafalnya? untuk apa? dan kenapa papa mau bersusah susah menghafalnya?" kuserang lekaki itu dengan beribu tanya yang sedari tadi kutahan dengan segenap kesabaran...seperti biasa...lelaki itu hanya tersenyum bijak...tertunduk, diam sejenak..dan kemudian menatapku dengan pandangan nan lembut dan tajam..."Nak...ini adalah Al-Quran...didalamnya ada kalam Allah, beribu ilmu dan hikmah...sejarah..aturan hidup dan mukjizat hingga akhir dunia...Kakekmu adalah seorang penghafal Al Quran, begitu pula ayah kakekmu dan kakek dari kakekmu...dan papa ingin tradisi ini terus berlanjut pada keluarga kita... Maukah engkau...anak sholehah papa meneruskan tradisi ini?" sorot mata lembut itu dengan penuh harap menembus ke kedalaman hatiku..aku hanya diam membisu...menghafal Al Quran? Tanyaku dalam hati.. “Karena Allah berjanji, barang siapa yang menghafalkan Al-Quran, maka dia niscaya akan termasuk bagian dari keluarga Allah! Papa kembali melanjutkan perkataannya dengan lembut tapi dalam. Aku hanya diam....tidak tahu harus berkata apa."Yanti mau pa, tapi yanti ndak janji...soalnya begitu banyak yg harus dihafal..sepertinya mustahil untuk menghafal seluruh isinya...jawabku dengan tatapan polos dan lugu...laki-laki itu tertawa tertahan...tersenyum begitu bahagia…hingga terlihat lesung pipinya yg dalam..

Waktu berjalan begitu cepat. Segala peristiwa terjadi silih berganti. Tetapi peristiwa hari itu tetap melekat dalam kenangan masa kecilku. Papa tidak pernah memaksaku untuk menghafalkan Al-Quran pun tidak memasukkanku ke pesantren Al-Quran. Tapi hampir setiap hari aku melihat papa berinteraksi dengan Al-Quran. Dia begitu mencintai segala sesuatu yang berhubungan dengan Al-Quran. Hingga entah mengapa dan bermula dari mana, akhirnya 4 dari kami 7 bersaudara menjadi pengajar taman Al-Quran. Dan aku tahu, walaupun papa tidak pernah mengatakan apapun, sorot mata bahagia selalu terpancar dari sejuk matanya, ketika aku mencium takzim punggung tangannya setiap magrib pamit untuk pergi ke mesjid mengajar murid-muridku.

Beratnya deraan hidup dan masalah yang mengantam menguji keimanan, membuat papa teserang stroke and penyakit jantung. Penyakit yang menimpa dirinya tidak membuat papa berhenti berinteraksi dengan Al-Quran. Bahkan dalam sakitnya, yang mengharuskan dirinya sholat sambil duduk, semakin menambah kuat interaksinya dengan Al-Quran. Dalam satu bulan bisa dipastikan papa bisa tiga kali menghatamkan Al-Quran. Selalu, setiap subuh hingga matahari sepenggalan, papa terlihat khusyuk di depan Al Quran besarnya, dilanjutkan dengan do’a yang teramat sangat panjang. Aku tidak tahu, permintaan apa saja yang dipanjatkan papa kepada Allah sehingga begitu panjangnya. Dan selalu, bila aku merasa tidak enak badan atau sedang mempunyai masalah berat, aku akan mendengarkan papa membaca Al-Quran, duduk disampingnya sampai aku tertidur lelap hingga kemudian terbangun dengan perasaan yang lebih sejuk dan tentram.

Kemudahan yang diberikan Allah kepada kami bersaudara dalam menempuh pendidikan, kurasa adalah karunia yang Allah berikan lewat do’a panjang papa yang tiada kenal lelah. Aku ingat, dihari ketika aku menjalani sidang sarjana, semenjak keberangkatanku ke kampus di pagi hari, hingga kemudian aku kembali lagi ke rumah ba'da dzuhur dengan membawa gelar sarjanaku, aku temui papa sedang berada di atas sajadahnya dengan Al-Qurannya. Beliau meneteskan air mata bahagia ketika kucium punggung tangannya dan kuberitakan aku lulus sidang sarjana dengan segala kemudahan yang diberikan oleh Allah. Satu pernyataan yang tidak akan mungkin pernah aku lupakan adalah, ketika papa berkata, semenjak kepergianku ke kampus dia tidak berhenti berdzikir dan ber do’a agar aku diberi kemudahan dalam berbicara seperti kemudahan yang diberikan Allah kepada Nabi Musa. Subhanallah!

Hari ini aku sedang berjuang keras menuntaskan tahap terakhir dalam pendidikan tertinggiku. Salah satu janji kepada ayahanda tercinta yang harus aku tunaikan. Dan aku sangat pahami, perjalanan panjang hingga aku berada di tahap ini semata adalah karena karunia Allah dan do’a panjang papa selepas dia menghatamkan Al-Quran mulia. Masih ada janji yang harus kuperjuangkan untuk ditunaikan. Dan aku sangat sadari, itu bukan pekerjaan sembarangan pun bukanlah pekerjaan yang ringan. Peristiwa ba’da ashar di kota kecil kelahiranku, adalah janji yang tidak pernah aku ucapkan pada ayahanda. Tetapi bagiku, bila aku bisa mewujudkannya, adalah bukti baktiku kepada ayahanda yang telah mengajarkan dan mengenalkanku kepada kemuliaan dan keindahan Al-Quran. Teman setia yang selalu ada dan selalu memberikan nasihat kepada kemenangan.

Hari ini genap 6 tahun papa memenuhi janjinya untuk kembali kepada Dzat yang telah menciptakannya. Jum’at pagi nan syahdu…dari jendela apartemenku, kutatap salju yang turun satu persatu. Kutatap hamparan putih dihadapanku, seraya kukirim do’a selepas menuntaskan hafalan Quranku. Ya Allah, sejukkanlah alam barzah ayahandaku dengan dinginnya air salju. Jadikanlah kesabaran dan ketegarannya dalam mendidik kami putra putrinya sebagai amalan yang terbaik dan tiada terputus pahalanya di hadapan-Mu. Dan jadikan amalan Quran-nya sebagai teman setia dan pembelanya di alam sana. Amiin.

Samar tedengar merdu lantunan surat Al-Fath kesayangan ayahanda di telingaku…Inna fatahnaa laka fathammubiynaa…. Surat yang selalu papa baca bila beliau didera sedih dan bahagia, surat yang selalu kubaca dengan segenap jiwa, bila rindu ini begitu mendera kepada ayahanda tercinta…. Semoga engkau menemui kemenangan di alam sana papa…Tunggu ananda, semoga bisa mempersembahkan mahkota kemuliaan bagimu sebagai hadiah dari Rabb kita. Nantikan ananda, semoga kita bersua dalam majelis, dimana kita bisa bersama menuntaskan bacaan Al-Quran kita hingga mencapai tempat tertingggi untuk berjumpa dengan Rabb kita. Amiin.

I’ll always love you papa…yesterday, now and forever!


Sumber : http://eramuslim.com/oase-iman/satu-inginmu-oleh-mardiyati-ismail.htm